mengapa indonesia masih impor beras, garam dan kedelai?
Alasan indonesia masih impor beras, garam dan kedelai
Elysetiawan.com Indonesia adalah negara yang terletak di ekuator, serta dilewati oleh banyak sekali gunung berapi, menjadikan Indonesia berpredikat sebagai negara yang subur atau negara agraris. tetapi kenapa masih saja impor bahan pangan seperti beras, garam, kedelai dll? berikut adalah jawabannya.![]() |
indonesia negar agraris yang kaya raya |
perbandingan indonesia dan amerika |
hutan tropis indonesia |
Mengapa indonesia masih impor beras?
Mungkin orang tahu, mungkin juga tidak. Namun faktanya, Indonesia telah swasembada beras sejak tahun 2016.
Swasembada beras tidak mudah untuk dicapai. Ada beberapa alasan yang melatarbelakanginya, antara lain berkurangnya lahan sawah akibat alih fungsi lahan menjadi perumahan, kurangnya irigasi yang baik, kurangnya peralatan modern, dst.
Swasembada beras tidak mudah untuk dicapai. Ada beberapa alasan yang melatarbelakanginya, antara lain berkurangnya lahan sawah akibat alih fungsi lahan menjadi perumahan, kurangnya irigasi yang baik, kurangnya peralatan modern, dst.
Kurangnya lahan
diatasi dengan membuka lahan baru. Setiap tahun pemerintah menargetkan
membuka lahan baru untuk pesawahan. Karena lahan sulit didapat di Jawa,
kebanyakan lahan baru akan dibuka di luar Jawa.
sawah indonesia |
Irigasi
yang kurang baik juga memengaruhi hasil panen padi. Apabila hanya
mengandalkan siklus cuaca normal, petani hanya bisa menanam padi sekali
dalam setahun, yaitu pada saat musim hujan saja. Namun pemerintah
mengatasi hal ini dengan membangun bendungan. Dengan adanya bendungan,
musim kemarau pun petani tetap bisa bercocok tanam, sehingga secara
langsung meningkatkan produksi beras dalam setahun.
Terakhir, kurangnya alat bisa diatasi dengan bantuan alat-alat modern seperti pompa air, traktor, dan mesin harvester.
Kalau memang sudah swasembada, mengapa masih impor beras? Ada beberapa
alasan, yaitu mengimpor beras khusus (beras yang tidak tumbuh di
Indonesia), beras untuk kepentingan komersial, dan yang paling penting
untuk mengendalikan harga.
Jangan
dikira kalau sudah swasembada harga bisa stabil. Meski sudah swasembada,
kelangkaan di sejumlah daerah tidak bisa dihindarkan, diantaranya
karena adanya bencana alam dan gagal panen. Untuk menanggulangi hal
tersebut, dilakukan kontrol harga dengan cara impor beras untuk nantinya
dilepas ke pasaran. Dengan demikian, ketersediaan beras aman, dan harga
stabil.\
Mengapa masih impor garam?
Indonesia merupakan negara maritim, yang mana memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia.
Itu artinya Indonesia bisa memproduksi banyak garam kan? Salah.
Kenyataannya kita tidak pernah swasembada garam dan selalu harus impor.
petani garam indonesia |
Setidaknya
alasannya ada empat, antara lain tidak semua garis pantai bisa
dijadikan tambak, kebutuhan industri, biaya yang mahal, serta tingkat
kelembaban udara yang tinggi.
Memang
Indonesia memiliki garis pantai yang panjang, namun tidak semua bisa
dijadikan tambak garam. Ada beberapa pertimbangan khusus.
Dari pantai sepanjang 99.093 kilometer, hanya lahan seluas 26.024 hektare saja yang bisa dijadikan tambak garam.Kedua, konsumsi garam Indonesia mayoritas digunakan untuk kepentingan industri seperti misalnya mie instan dan bukan kebutuhan dapur. Nah, untuk kebutuhan industri, kadar NaCl garam minimal di angka 97,5% dengan kadar air 0,5%. Sementara garam Indonesia tidak lebih dari 94% dalam hal kadar NaCl.
Dari pantai sepanjang 99.093 kilometer, hanya lahan seluas 26.024 hektare saja yang bisa dijadikan tambak garam.Kedua, konsumsi garam Indonesia mayoritas digunakan untuk kepentingan industri seperti misalnya mie instan dan bukan kebutuhan dapur. Nah, untuk kebutuhan industri, kadar NaCl garam minimal di angka 97,5% dengan kadar air 0,5%. Sementara garam Indonesia tidak lebih dari 94% dalam hal kadar NaCl.
Ketiga, kebanyakan
produksi garam Indonesia masih menggunakan teknologi yang tradisional
dan bergantung pada matahari, sehingga biaya produksi mahal dan produksi
hampir tidak bisa dilakukan di musim penghujan. Dan terakhir,
kelembaban udara yang tinggi menjadikan proses penambakan garam menjadi
lama dan garam memiliki kadar air yang tinggi.
Mengapa masih impor kedelai?
Kedelai
merupakan komoditas yang belum swasembada. Dalam targetnya, pemerintah
mencanangkan swasembada kedelai di prioritas terakhir setelah padi dan
jagung.Alasannya masih sama dengan padi, yaitu kurangnya lahan yang bisa ditanami.
kedelai indonesia |
Kebutuhan
kedelai Indonesia setiap tahun mencapai 2,7 juta ton, sementara jumlah
produksi dalam negeri baru 885.000 ton, sisanya harus diimpor sebanyak
1,8 juta ton.Impor ini akan dikurangi di tahun-tahun berikutnya, dengan cara
menambah lahan kebun kedelai. Ditargetkan impor kedelai bisa ditutup
pada tahun 2020.
Ekspor minyak sawit dan kerusakan hutan
Di
Indonesia, kebanyakan kebun kelapa sawit adalah kebun monokultur.
Artinya dalam area tersebut hanya ada satu jenis tanaman saja. Itu
berdampak buruk pada keragaman hayati. Selain itu, pembukaan lahan untuk
kelapa sawit sering dilakukan dengan cara tebang habis, dengan cara
itu, fauna yang tinggal di sekitar tidak lagi memiliki habitat. Selain
itu, tidak jarang pula lahan yang barudibuka dibakar agar cepat bisa
ditanami.
Hal-hal
diatas menurut saya bukanlah kesalahan dari si kelapa sawit, namun
lebih ke manusia yang mengelolanya. Itulah mengapa di awal saya
sampaikan bahwa SDM di Indonesia belum memadai untuk bisa maju. Padahal
sawit itu memiliki julukan emas hijau. Mengapa demikian?
minyak kelapa sawit indonesia |
Pertama,
sawit memproduksi sangat banyak minyak yang bisa dikonsumsi per pohon
ataupun per hektar dibandingkan dengan tumbuhan yang lain. Terlebih
sawit hanya bisa diproduksi di negara tropis. Sehingga itu menimbulkan
kecemburuan negara-negara lain di belahan bumi yang lain. Coba saja
bandingkan produksi minyak sawit per hektar per tahun dibanding dengan
tumbuhan lain.
perbandingan tumbuhan penghasil minyak |
Dengan
dalih merusak lingkungan dan melanggar HAM, Indonesia sempat ‘dihukum’
oleh Uni Eropa dengan cara tidak diperbolehkan untuk mengekspor minyak
sawit. Menurut saya itu sangat berlebihan dan hanyalah sebagai bentuk
kecemburuan saja. Bagaimana tidak, negara Eropa yang tidak bisa
menumbuhkan sawit sehingga mau tidak mau harus bergantung pada tanaman
seperti olive dan bunga matahari, meskipun hasil yang didapat sangat
sedikit.
Jangan pikir Indonesia diam
dengan keusilan Uni Eropa ini. Meteri Perdagangan menyatakan dengan
tegas, apabila memang larangan ini tidak dicabut, maka Indonesia akan
menghentikan impor pesawat pabrikan Eropa dan Amerika seperti Airbus dan
Boeing.
Padahal minyak sawit sangat dibutuhkan di Eropa, karena dianggap sebagai energi terbarukan dan sebagai bahan baku bio-solar dan bio-fuel. Itulah mengapa kelapa sawit disebut dengan sebutan emas hijau.
Sawit
hanya akan merusak hutan apabila penanaman dan pengelolaannya tidak
didasarkan oleh prinsip kelestarian lingkungan. Apabila dilakukan dengan
baik, sawit membawa manfaat yang sangat besar, dan berpotensi untuk
mengobati ketergantungan terhadap minyak fosil yang makin hari makin
menipis cadangannya.
pemerintah sedang rapat tentang sawit |
Pemerintah,
melalui Meteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut B. Pandjaitan,
beberapa bulan lalu berkeliling ke Eropa untuk melobi ke negara-negara
Uni Eropa agar ekspor minyak sawit bisa dilakukan lagi. Keputusan yang
diambil oleh Komisi Uni Eropa belum ketuk palu, sehingga masih bisa
berubah apabila salah satu negara anggota keberatan.
Luhut
berpendapat bahwa sawit menjadi penyelamat ekonomi dan sebagai
pengentas kemiskinan di Indonesia. Namun Jerman melalui Menteri
Lingkungan Svenja Schulze tetap kukuh dengan posisinya, bahwa ambisi
iklim di Eropa sebaiknya tidak merusak hutan di Asia Tenggara.
Saya
sendiri berpendapat bahwa minyak sawit memiliki potensi yang sangat
baik.
Semoga kejadian ini bisa memberikan pelajaran agar kita tidak melulu ekspor bahan mentah. Alangkah lebih baik lagi apabila bio-fuel ini bisa diproduksi di dalam negeri, sehingga bisa menyerap lebih banyak tenaga kerja, sehingga bisa menggerakkan roda ekonomi, sekaligus berkontribusi terhadap iklim global.
Semoga kejadian ini bisa memberikan pelajaran agar kita tidak melulu ekspor bahan mentah. Alangkah lebih baik lagi apabila bio-fuel ini bisa diproduksi di dalam negeri, sehingga bisa menyerap lebih banyak tenaga kerja, sehingga bisa menggerakkan roda ekonomi, sekaligus berkontribusi terhadap iklim global.
Sekian. Semoga bermanfaat.
Post a comment for "mengapa indonesia masih impor beras, garam dan kedelai?"
silakan berkomentar dengan sopan yah :)